Minggu, 19 Juni 2022

SEKILAS SEJARAH PERSAUDARAAN JURNALIS MSULIM INDONESIA (PJMI)


TANGGAL
08 APRIL - Usai melaksanakan sholat Jum’at di masjid dekat tempat tinggalnya, wartawan senior Widi Yarmanto meninggal dunia. Sore hingga malam itu, banyak kerabat wartawan bergerak datang ke rumah duka. Tapi, hanya sampai di situ. Esok paginya, saat jenazah hendak dikebumikan, wartawan yang mengantar hingga ke kuburan jumlahnya tak lebih dari lima jari tangan. 

Fenomena itu, hampir terjadi pada setiap wartawan yang meninggal dunia, solidaritas profesi tidak berlanjut hingga jasad wartawan rekan kita, tertanam di tanah. Sungguh berbeda dengan profesi lain.?. Seorang tentara, misalnya ketika ia meninggal, jasadnya diserahkan ke negara. Para tentara juga mengantarkan hingga ke liang lahat.Pakai tembakan salvo segala.

Lalu, sampai kapan fenomena wartawan
yang meninggal tak diantar banyak rekannya hingga ke liang lahat..? Bahkan, sebelum ajal menjemput, beberapa pula jumlah wartawan yang tergerak untuk mengunjungi, mendoakan serta memberi bantuan dana pengobatan pada sesama rekan profesi yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit ? Wallau’alam. 

Kondisi sosial diantara rekan profesi wartawan ini membuat wartawan muslim terisnpirasi untuk mendirikan Persaudaraan Jurnalis Muslim (PJMI). Tujuh wartawan senior ; Mashadi (Era Muslim), Mohammada Anthoni (LKBN Antara), R.Widjojo Hartono (Tapal Batas), Lukman Khalid (Tabloid Bekam), Djuaedi (Suara Islam), Iwan Samariansyah (Jurnal Nasional) dan Suyunus Rizki (Koran Jakarta), sepakat untuk mendeklarasikan PJMI. 

Deklarasi dilakukan dalam pert
emuan sederhana di Rumah Makan Aljazera, Jl.Raden Saleh, Jakarta Pusat, di depan pembina Mohammad Bawazeer (tokoh pergerakan Al-Irsyad) disaksikan Brogjen TNI Hartid Asrin (Kapuskom Publik Kementrian Pertahanan RI) pada 03 November 2011. 

Selanjutnya, untuk menggerakan organisasi PJMI, Ketua Umum Mohammad Anthoni menghubungi wartawan senior Parni Hadi dan Irjen Pol (Purn) H. Hari Soenanto mendapingi Mohammad Bawazeer sebagai pembina, dengan Prof DR H.Ahmad Sutarmadi sebagai penasehat. 

Persaudaraan Jurnalis Muslim (PJMI) juga didirikan atas sebuah kesadaran sejarah dari para Jurnalis Muslim tentang pentingnya pembelaan terhadap nilai-nilai keadilan dalam penyampaian informasi kepada publik yang selama ini di
rasa sering merugikan bangsa Indonesia. 

Media tertentu misalnya kadang menerapkan pemberitaan yang kurang berimbang terhadap peristiwa yang menyangkut masalah hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Apalagi ketika media menjadi corong suara kekuasaan dan kepentingan politik korporasi asing. Yang terjadi bangsa Indonesia menjadi bulan-bulannan informasi kepentingan asing. Untuk itu, Jurnalis Muslim harus mampu menerapkan sifat-sifat Nabi seperti Shidiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh. 

Di lain pihak banyak pihak menyebut seorang jurnalis (wartawan) adalah ahli komunikasi.
Tapi dalam praktiknya, komunikasi di antara sang jurnalis tidak terjalin dengan baik. Konidisi ini tentu harus dihindari oleh para jurnalis Muslim. Untuk itu, dibentuklah Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) guna meningkatkan dan mengukuhkan ikatan ukhuwah, meluruskan pemberitaan yang salah dan tak berimbang. 

PJMI
juga memiliki agenda melakukan pemberdayaan bagi kalangan jurnalis untuk  meningkatkan kemempuan jurnalistiknya guna mendukung kinerja yang selama ini menjadi tugasnya sehari-hari. 

Ikatan ukhuwah di kalangan jurnalis adalah keniscayaan.
Hasan Al Banna menetapkan tiga asas ikatan ukhuwah, yakni ; ta’aruf, tafahum, dan takaful. Tentang ta’aruf, saling mengenal, beliau menasihatkan untuk saling mengenal dan saling berkasih sayang dengan ruhullah, menghayati makna ukhuwah yang benar dan utuh di antara sesama anggota, berusaha agar tidak ada sesuatu pun yang merenggangkan ikatan ukhuwah, dan menghadirkan selalu bayangan ayat-ayat Al Qur’an dan hadist tentang ukhuwah. 

Tentang
tafahum, saling memahami, beliau berpesan bahwa ia adalah pilar kedua dalam ukhuwah. Beliau menasihati istiqomah dalam manhaj yang benar, menunaikan apa-apa yang diperintahkan Allah kepadanya, dan tianggalkan apa-apa yang dilarang, melakukan muhasabah diri dengan muhasabah yang detail dalam hal ketaatan dan kemaksiatan setelah itu bersedia menasihati saudarany yang lain. Hendaklah seseorang menerima nasihat saudaranya dengan penuh rasa suka cita dan ucapkan terima kasih padanya. 

Tentang,
takaful, saling menanggung beban, yang merupakan asas ketiga, beliau berpesan agar saling memikul beban sebagian yang lain. Demikian itulah fenomena konkrit iman dan intisari ukhuwah. Hendaklah sebahagian dari mereka senantiasa bertanya kepada sebahagian yang lain (tentang keadaan kehidupannya). Jika didapati padanya kesulitan, segeralah memberi pertolongan selama ada jalan untuk itu, serta mengimani tentang hadis-hadis tentang tolong menolong dan fadilahnya. 

Hingga kini, PJMI sudah terbentuk di Pekanbaru (Riau), Manado (Sulut), Surabaya (Jatim), Bandung (Jabar) dan Cilegon (Banten). 


&&& 
MOTO PJMI :

 P    =>   Profesional

J     =>   Jujur

M   =>   Mandiri

I     =>   Ikhlas

MISI & VISI :

 VISI :

Menjadi organisasi yang mampu memberdayakan dan menggerakan Sumber Daya masyarakat dalam mencapai derajat kesejahteraan. Berjuang menciptakan keadilan public dan bersama-sama masyarakat menuju hidup yang lebih baik brerdasarkan kaidah universal dan humanis yang bersumber dari Alqu’ran dan Hadits Nabi SAW.

DASAR : 
Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW 

TAGLINE :

1.      Believe (hablum min Allah) and Trust (hablum min-an nas)

2.      Menghidupkan kehidupan, bukan sekedar hidup.

MISI : 

Mengoptimalkan peran dan aktivitas sebagai jurnalis dalam kehidupan bermasyarakat. Yakni mengembangkan jurnalisme kerasulan atau jurnalisme kenabian. Mengedepankan kabar kebaikan yang diimpelmentasikan dalam tindak pribadi dan bermasyarakat sesuai tuntutan agama dan syariat. 

Menjadikan setiap pengurus dan anggota PJMI sebagai pribadi yang berkarakter STAF
(Siddiq, Tabliq, Amanah, Fathonah. (Siddiq : Menjunjung tinggi kebenaran dalam bertindak), (Tablig : berperan aktif  menyampaikan kebaikan dan di implementasikan dalam kegiatan bermasyarakat), (Amanah : menjauhi sikap tidak bertanggung jawab, curang, dan oportunis dalam melakukan amal kerja. Berusaha melakukan pekerjaan sebaik-baiknya), dan (Fathonah : jujur dalam bersikap apapun baik kepada diri sendiri dan masyarakat). 

Bertindak professional dan berkerasi dalam bidan social kemasyarakatan, pendidikan serta pemberdayaan publik untuk sebanyak-banyaknya dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan umat. 

Sarana beramal shalih (memberikan advokasi public dan insane pers) sekaligus bermenempah diri dan umat agar mendekati pencapaian sebagai manusia Muttaqien. 
(Ihdina Ash-Shirotal Mustaqiem.:“Berilah kepada kami petunjuk kepada jalan yang lurus”). (Ash-Shiratol Alladziem An’amta’  Alahiem. ”Yakni jalan luruh yang telah dilalui oleh orang-orang yang telah Alloh anugerahi nikmat kepadanya”).  

Bersifat terbuka dan universal serta bersedia melakukan kerja sama dengan pihak manapun,
      demi tujuan kebaikan dan kesejahteraan masyarakat.  

 
Melakukan Jihad Sosial demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan anggota dan masyarakat. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang yang berhijrah, dan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh, dan Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS.2 : 218)


[] File PDF untuk di download :  
https://drive.google.com/drive/my-drive

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Siaran Pers] PJMI Gelar Audiensi dengan PP DMI

  (Berikut kami kirimkan Rilis Kegiatan PJMI, Jumat, 20 Januari 2023) pilihan judul  PJMI Gelar Audiensi dengan PP DMI  Ketum PP DMI, Fung...